Sabtu, 23 April 2011

Abimanyu

ABIMANYU dikenal pula dengan nama :
Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta,
Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana.
Abimanyu adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa dengan Dewi Sumbadra, putri Prabu Basudewa, raja Negara Mandura dengan Dewi Badrahini.
Abimanyu mempunyaai 13 orang saudara lain ibu, yaitu : Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada.
Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata.
Sejak dalam kandungan Abimanyu telah mendapat “Wahyu Hidayat”, yang mempunyai daya : mengerti dalam segala hal.
Setelah dewasa Abimanyu mendapat “Wahyu Cakraningrat”, suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar.
Abimanyu mempunyai sifat dan perwatakan; halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna.
Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan Abiyasa.
Abimanyu tinggal di kesatrian Plangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita.
Abimanyu mempunyai dua orang isteri, yaitu :
1. Dewi Siti Sundari, putri Prabu Kresna , Raja Negara Dwarawati
dengan Dewi Pratiwi, dan
2. Dewi Utari, putri Prabu Matswapati
dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan berputra
Parikesit.
Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda oleh gada Kyai Glinggang milik Jayadrata, satria Banakeling.



Abimanyu gaya Surakarta



Abimanyu gaya Yogyakarta

Surya Putra



gambar Adipati Karna ketika Muda atau lebih dikenal dengan nama Surya Putra atau Surya Atmaja gaya Yogyakarta yang Artinya Putra dari Surya (Dewa Matahari)

Jumat, 22 April 2011

Pancawala


Gambar Raden Pancawala gaya Surakarta

RADEN PANCAWALA

Ra1en Pancawala putra Prabu Yudistira dari perkawinannya dengan Dewi Drupadi. Dia menjadi anak angkat Wrekodara. Roman mukanya mirip dengan Wrekodara.

Dalam perang Baratayuda dia dibunuh oleh Aswatama, selagi dia sedang tidur. Maka ibu Pancawala menangis karena menyesal, bahwa matinya bukan di dalam peperangan, sedangkan waktu itu perang Baratayuda sedang berlangsung.

Raden Pancawala bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang. Berambut terurai dengan bentuk gembel, dihiasi dengan garuda membelakang dan bersunting waderar. Berkalung ksatria (bulan-sabit). Berkain katongan (kerajaan).

Bambang Irawan


Gambar Irawan gaya Yogyakarta

BAMBANG IRAWAN adalah putra Arjuna, salah satu dari lima satria Pandawa, dengan Dewi Ulupi, putri Bagawan Kanwa (Bagawan Jayawilapa-pedalangan Jawa), dari pertapaan Yasarata.
Bambang Irawan mempunyai 13 orang saudara lain ibu, bernama; Abimanyu, Sumitra, Bratalaras, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabukusuma, Wijanarka, Antakadena dan Bambang Sumbada.
Irawan lahir di pertapaan Yasarata dan sejak kecil tinggal di pertapaan bersama ibu dan kakeknya.
Irawan berwatak tenang, jatmika, tekun dan wingit.
Menurut kisah pedalangan Irawan tewas dalam peperangan melawan Ditya Kalasrenggi putra Prabu Jatagempol dengan Dewi Jatagini dari negara Gowabarong, menjelang pecah perang Bharatayuda.
Sedangkan menurut Mahabharata, Irawan gugur dalam awal perang Bharatayuda melawan Ditya Kalaseringgi, raja negara Gowabarong yang berperang di pihak keluarga Kurawa/Astina.

BAMBANG IRAWAN

Bambang Irawan putra Raden Arjuna dan perkawinannya dengan Dewi Ulupi, putri Resi Kanwa, seorang pendeta di Gunung Yasarata.

Irawan selalu tinggal di pertapaan dengan ibunya. Hanya bila perlu ia datang ke negara Pendawa. Karena saktinya pernah ia menjadi raja, bernama Prabu Gambiranom dan sewaktu menjadi raja berhasil membawa panah pusaka Arjuna, bernan’a Ardadedali dan oleh karenanya kesaktian Irawan bertambah.

Sewaktu menjadi Prabu Gambiranom, ia mempunyai prajurit wanit yang disebut Ladrangmungkung. Prajurit ini sakti dan dapat mengalahkan Raden Arjuna.

Irawan diminta ibunya menawan Raden Arjuna. Dapat dilaksanakanlah permintaan Dewi Ulupi mi, tetapi Arjuna dimatikan dan oleh prajuritprajui-it wanita dibawa ke hadapan Dewi Ulupi. Setelah Arjuna kena raba tangan Dewi Ulupi, hidup kembali]ah ia. Beginilah memang adat Arjuna.

Ketika di dalam perang Baratayuda Irawan pergi ke rnedan perang, di tengah jalan ia berjumpa dengan raja raksasâ Kaasrenggi. Terjadilah perang dan kedua-duanya tewas.

Kematian ksatria ini sangat disesalkan oleh keluarga Pendawa, karena ia mati sebelum sampai di medan perang.

Bambang Irawan bermata jaitan, berhidung mancung. Bersanggul kadal menek. Bersunting kembang kluwih. Berkalung putran bentuk bulan sabit. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkain katongan dan bercelana cindai.

Untuk menggambarkan Prabu Gambiranom, digunakan wayang Raja Seberang bagus. Ia beristrikan Dewi Titisari, putri Prabu Kresna.



Gambar Irawan gaya Surakarta

Senin, 18 April 2011

Antasena


gambar Antasena gaya surakarta

Anantasena, atau sering disingkat Antasena adalah nama salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam naskah Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan para pujangga Jawa. Tokoh ini dikenal sebagai putra bungsu Bimasena, serta saudara lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca.

Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antasena merupakan nama lain dari Antareja, yaitu putra sulung Bimasena. Sementara menurut versi Yogyakarta, Antasena dan Antareja adalah dua orang tokoh yang berbeda.

Akan tetapi dalam pewayangan zaman sekarang, para dalang Surakarta sudah biasa memisahkan tokoh Antasena dengan Antareja, sebagaimana yang dilakukan oleh para dalang Yogyakarta.
Daftar isi

1 Asal-Usul
2 Sifat dan Kesaktian
3 Kematian
4 Sumber Gubahan Lain

Asal-Usul

Antasena adalah putra bungsu Bimasena atau Wrekodara, yaitu Pandawa nomor dua. Ia lahir dari seorang ibu bernama Dewi Urangayu putri Batara Mintuna. Bima meninggalkan Urangayu dalam keadaan mengandung ketika ia harus kembali ke negeri Amarta.

Antasena lahir dan dibesarkan dalam naungan ibu dan kakeknya. Setelah dewasa ia berangkat menuju Kerajaan Amarta untuk menemui ayah kandungnya. Namun saat itu Bima dan saudara-saudaranya sedang disekap oleh sekutu Korawa yang bernama Ganggatrimuka raja Dasarsamodra.

Antasena berhasil menemukan para Pandawa dalam keadaan mati karena disekap di dalam penjara besi yang ditenggelamkan di laut. Dengan menggunakan Cupu Madusena pusaka pemberian kakeknya, Antasena berhasil menghidupkan mereka kembali. Ia juga berhasil menewaskan Ganggatrimuka.

Antasena kemudian menikahi sepupunya yang bernama Janakawati putri Arjuna.
Sifat dan Kesaktian

Antasena digambarkan berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian. Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.

Dalam hal kesaktian, Antasena dikisahkan sebagai putra Bima yang paling sakti. Ia mampu terbang, amblas ke dalam bumi, serta menyelam di air. Kulitnya terlindung oleh sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata.
Kematian

Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Baratayuda.

Ketika itu Wisanggeni dan Antasena menghadap Sanghyang Wenang, leluhur para dewa untuk meminta restu atas kemenangan Pandawa dalam menghadapi Korawa. Sanghyang Wenang menyatakan bahwa jika keduanya ikut berperang justru akan membuat pihak Pandawa kalah. Wisanggeni dan Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia. Keduanya kemudian menyusut sedikit-demi sedikit dan akhirnya musnah sama sekali di kahyangan Sanghyang Wenang. Dia meninggal karena kehabisan uang dan karena kelaparan


Antasena gaya Yogyakarta