Senin, 18 April 2011
Antasena
gambar Antasena gaya surakarta
Anantasena, atau sering disingkat Antasena adalah nama salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam naskah Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan para pujangga Jawa. Tokoh ini dikenal sebagai putra bungsu Bimasena, serta saudara lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca.
Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antasena merupakan nama lain dari Antareja, yaitu putra sulung Bimasena. Sementara menurut versi Yogyakarta, Antasena dan Antareja adalah dua orang tokoh yang berbeda.
Akan tetapi dalam pewayangan zaman sekarang, para dalang Surakarta sudah biasa memisahkan tokoh Antasena dengan Antareja, sebagaimana yang dilakukan oleh para dalang Yogyakarta.
Daftar isi
1 Asal-Usul
2 Sifat dan Kesaktian
3 Kematian
4 Sumber Gubahan Lain
Asal-Usul
Antasena adalah putra bungsu Bimasena atau Wrekodara, yaitu Pandawa nomor dua. Ia lahir dari seorang ibu bernama Dewi Urangayu putri Batara Mintuna. Bima meninggalkan Urangayu dalam keadaan mengandung ketika ia harus kembali ke negeri Amarta.
Antasena lahir dan dibesarkan dalam naungan ibu dan kakeknya. Setelah dewasa ia berangkat menuju Kerajaan Amarta untuk menemui ayah kandungnya. Namun saat itu Bima dan saudara-saudaranya sedang disekap oleh sekutu Korawa yang bernama Ganggatrimuka raja Dasarsamodra.
Antasena berhasil menemukan para Pandawa dalam keadaan mati karena disekap di dalam penjara besi yang ditenggelamkan di laut. Dengan menggunakan Cupu Madusena pusaka pemberian kakeknya, Antasena berhasil menghidupkan mereka kembali. Ia juga berhasil menewaskan Ganggatrimuka.
Antasena kemudian menikahi sepupunya yang bernama Janakawati putri Arjuna.
Sifat dan Kesaktian
Antasena digambarkan berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian. Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.
Dalam hal kesaktian, Antasena dikisahkan sebagai putra Bima yang paling sakti. Ia mampu terbang, amblas ke dalam bumi, serta menyelam di air. Kulitnya terlindung oleh sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata.
Kematian
Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Baratayuda.
Ketika itu Wisanggeni dan Antasena menghadap Sanghyang Wenang, leluhur para dewa untuk meminta restu atas kemenangan Pandawa dalam menghadapi Korawa. Sanghyang Wenang menyatakan bahwa jika keduanya ikut berperang justru akan membuat pihak Pandawa kalah. Wisanggeni dan Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia. Keduanya kemudian menyusut sedikit-demi sedikit dan akhirnya musnah sama sekali di kahyangan Sanghyang Wenang. Dia meninggal karena kehabisan uang dan karena kelaparan
Antasena gaya Yogyakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kalimat terakhir nggak keren, masak Antasena dan Wisanggeni meninggal karena kehabisan uang dan kelaparan
BalasHapusYg nulis begok masak antasena dan wisanggeni kehabisan uwang ini sejarah jangan buat bercandaan
BalasHapuslahh...ga punya bahasa sastra ya? kalimat terakhir ga etis.
BalasHapusDi kalimat terakhir ada yang aneh...
BalasHapusNgrusak cerita pewayangan aja lo...di lestarikan jangan di rusak ceritanya
BalasHapusYa kayak gini yg bikin sejarah dikit demi sedikit hilang suka buat becanda dan gk menghargai srjarah kata" yg terahir yg gk jelas
BalasHapusWaduh, santai aja bahasa nya itu yg diatas....
BalasHapusAwal cerita mantab tp di akhirnya kok buat bercanda..hadehhh capek deh
BalasHapusAwalnya sesuai jalur.
BalasHapusGiliran terakhirnya kok anjlok
Awalnya sesuai jalur.
BalasHapusGiliran terakhirnya kok anjlok
Hahahahaa
BalasHapusMiris baca cerita terakhir.
BalasHapusCerita terahir gak lucu blas ngawor
BalasHapusBahasa terakhir bikin gregeten..isi asli sejarah koq d bikin candaan
BalasHapusramasuk blass kalimat terakhirnya....ini tanah jawa mass jgn dibuat candaan...cerita2nya
BalasHapus